Bahaya Penggunaan Pods dalam Jangka Panjang
Bahaya Penggunaan Pods dalam Jangka Panjang
oleh Dita Andini Yuniar
Sumber: Pinterest
1. Kandungan Zat Berbahaya dalam Pods
Pods mengandung cairan nikotin yang biasanya dicampur dengan bahan kimia seperti propilen glikol, gliserin, dan perasa buatan.
Nikotin: Bersifat adiktif dan dapat merusak sistem saraf, terutama pada otak remaja yang masih berkembang. Penggunaan nikotin dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular, hipertensi, dan stroke.Bahan kimia tambahan: Seperti formaldehida dan asetaldehida, yang dapat terbentuk saat cairan dipanaskan, berpotensi bersifat karsinogenik (pemicu kanker) pada Sistem Pernapasan
Paparan aerosol pods dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Menurut studi yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, partikel halus dari aerosol vape dapat menimbulkan kerusakan jaringan paru-paru, meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan bahkan penyakit paru-paru akut.
2. Ristan Kardiovaskular
3. Ketergantungan yang Lebih Tinggi
4. Dampak pada Kesehatan
Kesimpulan
Referensi
National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine (2018). Public Health Consequences of E-Cigarettes.
Rubinstein, M. L., et al. (2018). "Toxicant exposure from vaping a flavored e-liquid." Pediatrics.
Ghosh, A., et al. (2020). "E-cigarettes and health risks: A critical review." American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.
Kementerian Kesehatan RI (2020). Rokok Elektrik: Dampak dan Regulasi di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2019). "Bahaya Vape terhadap Kesehatan Paru-Paru."
Ikatan Dokter Indonesia (2021). Panduan Edukasi tentang Bahaya Rokok Elektrik.
St. Helen, G., et al. (2020). "Nicotine delivery and cardiovascular effects of vaping." Journal of the American Heart Association.
Levy, D. T., et al. (2019). "Trends in nicotine use among youth." Nicotine & Tobacco Research.
Yang, X., et al. (2021). "Effects of nicotine on adolescent brain development." Journal of Adolescent Health.
Komentar
Posting Komentar